Sunday 28 November 2010
Aku akan selalu sayang kamu Monster. Meski kekhawatiranmu selalu saja mengungkungku dalam peraturan yang tak pernah bisa kubantah. Hingga usiaku saat ini kau tetap saja terus memperlakukanku seperti keponakan kecilmu yang lugu. Rasanya kuingin berontak tapi tatapanmu masih juga berhasil mengunci dudukku.
Seperti malam ini. Kau memanggilku duduk di tembok teras yang diterangi purnama. Kali ini kau tidak marah karena aku pulang malam lagi seperti ketika aku pulang subuh beberapa tahun lalu. Orang rumah memang tidak pernah komplain, tapi setiap kali kembali kau pasti marah. Setelah cukup sering membangkang aku tetap saja nurut padamu. Aku akan betah tunduk berjam-jam mendengar ceramahmu ketimbang beberapa menit mendengar bujukan lelaki yang aku panggil Bapak.
Malam ini kembali kita membahas masalah yang sama enam tahun lalu. Di rumah sakit dengan wajah bonyok dan jahitan di jidadmu dulu kau setengah memohon memintaku berjanji untuk tidak pacaran hingga menanggalkan putih abu-abu. Meskipun saat itu kau takut jika aku harus menanggung karma atas perlakuanmu terhadap wanita-wanitamu. Malam ini kau ingin memperpanjang janji itu hingga aku selesai kuliah. Entah mampu atau tidak aku akan berusaha penuhi itu Monster karena aku sayang kamu. Karena tumbuh besar bersamamu menjadikanku tomboy. Karena setiap perlakuan sayangmu menjadikanku manja. Di dekatmu selalu tercipta rasa aman. Ingat ekspresi cowok yang hampir saja kau tonjok karena menggodaku waktu liburan kemarin? Ingin kuadukan padamu rasa sakitku karena perlakuan lelaki. Tapi aku tahu kau takkan bisa diam jika tahu itu. Aku juga sangat sayang kau Om. Karena kau tahu apa yang aku butuh. Dan aku harus rela menjadi tuan putri yang akan selalu kau lindungi dan manjakan.

0 comments:

Post a Comment