Wasior in Class

Sunday 28 November 2010

    Rasya memasuki kelas setengah mengendap. Tak mau dia ketahuan terlambat oleh dosen yang dikenal super disiplin. Untunglah dia masuk setelah kemarahan Mam mereda. Sesuatu yang mengherankan dia datang terlambat. Walaupun dulunya dialah teman kelas yang terlambat tiap hari tak peduli kuliah pagi atau siang. Wajar jika dia digelari Miss Late. Tapi itu dulu di tahun pertama kuliah. Setelah menikah dia menjadi lebih rajin kuliah juga kini dia juga telah mengenakan jilbab.
    “Kenapa ko terlambat nah?”
“Dari ka Kansas makan. Terlambat ka bangun jadi tidak sempat sarapan di rumah.”
    Rasya menjawab sekenanya sebelum akhirnya membuka tas dan mengeluarkan catatan kuliahnya. Dua bulan belakangan ini  dia sangat menjaga pola makan dan kesehatannya. Maklumlah, dia sedang berisi sekarang.
    Ruang kelas sibuk dengan selembar kertas yang harus diselesaikan pada saat itu juga. Untungnya tugas berkelompok jadi aku bisa sedikit santai dan hanya bersuara jika dimintai pendapat oleh kawan kelompokku. Untuk mata kuliah Academic Writing aku akan selalu sekelompok dengan Rasya.
“Sakit kepalaku ini Sani.” Rasya memulai pembicaraan ketika tugas telah kami selesaikan.
    “Kenapa ko lagi kah tante?”
“Masuk rumah sakit mertuaku baru lagi kena bencana alam di Wasior.” Dia melepas kaca matanya dan memasukkan dalam tas.
“Sakit apa mertuamu kah?”
“Kena serangan jantung tadi malam.”
“Mertuamu saja kau pikir. Jangan mi pusingi Wasior. Sejak kapan kau mulai peduli sama musibahnya orang nah?”
“Idih kau San, kau lupa kah bilang bapakku tugas di Wasior?”
“Iyo kah? Hee..”
“Lama mi anu..”
“Jadi bagaimana mi pacemu? Ndak kenapa-napa ji?”
“Dia tidak apa-apa ji.”
“Syukur mako itu ka tidak apa-apa ji Pacemu. Mertuamu saja jagai.”
“Memang tidak kenapa-napa ji bapakku, tidak dapat ji bencana tapi lagi sakit kepalanya kasian pikirkan bencana di Wasior.”
“Bapakmu juga banyak tong mau dia pikir. Bilang saja sama dia, santai saja pak.”
“Bisanya itu santai kalau dia Kepala Dinas Kehutanan disana, baru lagi disoroti hutannya karena dianggap penyebab longsor. Memang ia sih banyak illegal logging disana.”
“Bilang saja datang ji nanti itu SBY sama isterinya kesana. Ka lebih bagus iya......”

    Belum juga menyelesaikan kalimatku dosen telah berada di belakangku dan ternyata telah mendengar sejak tadi.
“What are you talking about Sani? Have you finished your group task?”
“Of course Mam, we have done.”
“So, would you mind to explain me about your task?”
“With pleasure Mam..”
    Akhirnya tugas pun aku jelaskan pada dosen. Untungnya aku cukup mengerti tugas tadi karena teman sekelompokku terlalu sering bertanya dan meminta tanggapanku.
“You surprised me young lady. I think you do not participate to finish this task, but you show me that I was wrong about you. You are lazy one, not stupid. I hope you can join my class every week. And do not run away anymore.”
“Yeah, I hope so Mam. Hee..”

  

0 comments:

Post a Comment